TUNGGU AKU DARI UNIVERSITAS ANDALAS

Minggu, 11 Mei 2008

Ada Cinta di Perkemahan vs Ada Prostitusi di Perkemahan

Awalnya berat melakukannya. Harus menyiapakan kompor, tikar, kuali, periuk, bontot nasi, beras, mie instan, dan kebutuhan perkemahan lainnya. Bahkan harus meninggalkan tempat tidur, meja belajar, keluarga, dan pastinya rumah dong. Membiasakan diri tuk tidur di alam, bersama merdunya suara jangkrik atau gelitikan nyamuk - nyamuk nakal. Kadang dihadapi dengan keikhlasan, walau banyak mendongkolnya.

Sulit melakukannya, sulit pula meninggalkannya. Karena di perkemahan itu kita harus berhadapan dengan berbagai karakter manusia. Kawan yang pendiam mungkin gak masalah, tapi kalau pendiamnya makan dalam, kita pun bisa makan hati dibuatnya. Ada pula yang suka bercanda, sehingga kehadirannya kita tunggu - tunggu untuk memecahkan keheningan suasana. Belum lagi yang tidurnya suka ngigau, ngelindur, atau pun suka nendang - nendang orang, alamat pasti akan dikerjai tengah malam. Berbagai karakter harus bersatu dalam sebuah tenda yang dihuni sebanyak 15 orang bahkan lebih. Mau gak mau suka gak suka, kita harus bisa menahan sabar bila ingin perkemahan tersebut berjalan lancar dan sukses.

Rasa cinta pun akan tumbuh saat itu juga. Cinta dan persahabatan yang muncul kepada kawan - kawan yang satu tenda. Membagi tugas bersama dan tidak membiarkan teman - temannya kelaparan. Ada makanan dibagi bersama dan menjalankan tugas cepat dan tepat sesuai dengan yang diinstruksikan oleh pimpinan regu. Bahkan, rasa cinta itu pun dapat melahirkan nilai kepercayaan, karena keyakinan bahwa orang yang kita cintai itu tidak mungkin mengkhianati.


Pengalaman ini memang dialami olehku secara langsung. Mulai berkemah sejak kelas dua SD sampai ketika aku tamat kelas 3 SMA. Perkemahan yang kulakukan dari kepramukaan. Pahit dan manis pun telah ku alami di sini. Nilai - nilai persahabatan yang terbangun, kemandirian, dan kedisiplinan juga. Sifat dahulu mendahulukan pun menjadi ciri khas persahabatan itu. Sehingga wajarlah ketika akan berkuliah, begitu banyak janji yang terucap untuk melanjutkan Pramuka bila sudah berkuliah nanti.

Tapi sayang, terkadang sakralnya persahabatan dirusak pula oleh segelintir orang yang dimabuk asmara. Perkemahan merupakan momen yang dinanti. Di saat itu yang laki - laki tidak akan diawasi oleh orang tuanya, begitu juga yang perempuan. Mereka bertemu kemudian berdua - duaan. Bahkan yang laki - laki berani memasuki tenda perempuan sambil tidur - tiduran. Buah zina pun tiada khayal lagi terjadi. Salah siapa karena bagi mereka hal itu dilandasi rasa suka sama suka.

Cinta kah atau nafsu. Begitulah yang terjadi bila setiap adanya perkemahan. Seorang laki - laki akan memanfaatkan momen perkemahan untuk mencari belahan jiwanya. Sayangnya, tindakan seperti ini kelewat batas kewajaran. Tanpa memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dasa Dharma yang mengatur kode etik seorang Pramuka sejati dilanggar dan arang pun tercoreng di wajah yang merasa dirinya seorang yang berjiwa Pramuka.

Kejadian seperti ini akan terus menjadi tradisi. Sudah rusak dari hulunya. Seorang junior akan mencontoh seniornya. Ironisnya, sang senior hanya mampu memberi contoh yang buruk - buruk saja. Begitulah terus dan terwarisi dengan begitu rapat dan rapi.

Sayang sekali. Ketika saya yang merindukan suasana cinta, harus menelan pil pahit akibat yang namanya prostitusi. Walaupun salut juga dengan Regu dari Kwarda Jawa Barat, di mana rasa cinta dalam berkemah pernah mereka terapkan dengan membaca Tilawah Qur'an ba'da maghrib. Waktu itu aku ikut Jambore Nasional di Jawa Tengah. Dan suasana seperti ini yang ku rindukan dalam setiap perkemahan. Rasa cinta yang dibangun dari dasar kebersamaan dan persamaan nasib tanpa melupakan jiwa yang menjadi hamba pada Rabb yang menggenggam jiwa kita. Bukan dikotori dengan bermacam - macam bentuk kemaksiatan seperti yang telah tertera di atas. Semoga ada perubahan yang lebih baik bagi dunia kepramukaan, terutama di Kwartir Cabang Asahan. Karena harapan itu masih ada.

lanjutkan..